Kolom Resensi Buku.
Dipublikasikan Majalah Nasional GATRA. Edisi 19-26
Oktober 2011.
Kisah “Orang
Kecil” di Pentas Dunia
Oleh:
Aris Hasyim*
Mahasiswa
Sosiologi Agama&Pemerhati Kajian Sosial, Budaya dan Agama
Fak,
Ushuludin. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
‘Sir’
Azyumardi Azra. Itulah nama panggilan sekaligus gelar bergengsi yang disematkan
Ratu Inggris, Elizabeth II kepada putra terbaik Indonesia. Ia terlahir bukan
dari keturunan raja, bukan pula anak kaum bangsawan. Azra hanyalah anak dari
keluarga yang sangat sederhana. Perkenalanya dengan dunia membaca, yang
dianggap sebagai sesuatu yang luar biasa, berawal dari huruf-huruf yang
terpampang di badan bus. Lalu diimbangi dengan belajar membaca judul-judul
berita pada robekan kertas koran bekas. Beruntung, Azra memiliki ayah yang
setia menemani disaat ia baru belajar mengeja huruf-huruf dibadan bus yang
saban hari melintas didepan rumahnya. Tanpa sadar, bacaan yang diperoleh dari
judul-judul berita atau robekan koran itu menjadi gayung dan layar untuk
providensi mengarungi luasnya samudera keilmuan.
Sebagai anak yang mulai ketagihan
membaca, koran bekas merupakan media paling akrab dengan pengembaraan imajinasi
dirinya. Buku cerita, novel, kumpulan puisi, cerpen dan komik juga memberi
warna kreatif yang masih tertancap dalam pikiran dan ingatan sampai saat ini. Itu
seperti kisah komik Kho Ping Hoo dan
James Bond yang merupakan kisah penting sarat inspiratif dalam memorinya
yang berperan membentuk kepribadian untuk melanjutkan misi kehidupanya.
Potongan kisah diatas mengawali
perjalanan hidup Azyumardi Azra yang di ungkap Andina Dwi Fatma. Konten buku ini
dikemas dengan porsi dan sajian berbeda dari buku-buku biografi tokoh
cendekiawan muslim lainya. Andina sengaja menyuguhkan ‘sisi-sisi menarik’
perjalan hidup Azyumardi Azra yang jarang diketahui oleh masyarakat. Sebut saja, perjuangan memperoleh
beasiswa hingga S-3, juga kisah asmaranya.
Salah satu sisi yang paling menarik
adalah cerita pada saat ia mendapat pengakuan dari Kerajaan Inggris. Ia adalah orang
Indonesia pertama yang mendapat gelar Commander
of the Order of British Empire (CBE), sehingga berhak menyematkan gelar
“sir” diawal namanya semenjak 28 September 2010. Dengan gelar ini ia memiliki
hak-hak istimewa, antara lain bebas keluar masuk Inggris tanpa visa. Uniknya, Azra
jauh lebih ningrat dibandingkan dengan pesepak bola Inggris David Beckham yang
hanya mendapat gelar Officer of the Order
of British Empire (OBE).
Azra termasuk jajaran cendekiawan muslim “pendobrak”. Kiprahnya
didunia pendidikan menghasilkan inovasi-inovasi yang belum terfikirkan oleh
siapa pun. Salah satu hasil dari buah pemikiranya adalah tranformasi Institut
Agama Islam Negeri( IAIN) Syarif Hidayatullah menjadi Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah. Berkat dirinya universitas ini menjadi institusi
pendidikan islam yang bisa masuk kedalam arus utama, menjadi open-minded, berkualitas dan
bermartabat dimata masyarakat.
Sebagai akademisi berprestasi dan pemikir islam progresif, Ia
tetap teguh pada sikap netralitasnya. Azyumardi lebih nyaman menjadi akademisi
dari pada terjun ke ranah politik. Kendati
banyak tawaran dating untuk berpartai. Walau demikian netralitas yang tertancap
dalam diri Azyumardi Azra justru menjadikan dirinya orang yang paling diburu
wartawan untuk berkomentar perihal masalah politik,agama dan sosial
kemasyarakatan.
Secara keseluruhan, buku ini mampu menginspirasi
bagi siapa saja yang membacanya. Pemikiran Azyumardi yang moderat juga sangat
berguna untuk diambil pelajaran. Ia termasuk salah satu dari sedikit pemikir
islam yang bisa mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang bertentangan.
Pikiranya terbuka. Hatinya pun cukup peka untuk dapat menelisik permasalahan
dari berbagai sudut.
Penyandang gelar master dan PhD dari Universitas
Columbia Amerika Serikat ini juga memiliki jaringan yang sangat luas di
berbagai negara. Pemikirannya yang brilyan mendapat pengakuan bukan hanya
almamaternya di Amerika, melainkan juga negara-negara Timur Tengah, hingga
Eropa. Bahkan banyak tokoh internasional mulai dari mantan presiden Amerika
Serikat George Bush hingga perdana menteri Inggris Tony Blair, sengaja
menyisihkan waktu untuk berdialog dengannya.
Kisah perjalanan hidup Azyumardi Azra yang tersaji
dalam buku ini menjadi cermin bahwa keberhasilan dapat diraih siapa saja
asalkan tetap konsisten dan berusaha keras untuk mewujudkanya. Nilai-nilai yang
terkandung didalamnya sangat patut dijadikan suplemen bagi generasi muda kita.
Ø
JUDUL BUKU: CERITA AZRA, BIOGRAFI CENDEKIAWAN MULIM AZYUMARDI AZRA
Penulis : Andina DwiFatma
Penerbit: Erlangga, Jakarta, 2011, 248 Halaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar